Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, November 9, 2009

Sunday, November 1, 2009

KEKASIH - BY USMAN AWANG

Akan kupintal buih-buih
menjadi tali
mengikatmu
akan kuanyam gelombang-gelombang
menjadi hamparan
ranjang tidurmu

akan kutenun awan-gemawan
menjadi selendang
menudungi rambutmu

akan kujahit bayu gunung
menjadi baju
pakaian malammu

akan kupetik bintang timur
menjadi kerongsang
menyinari dadamu

akan kujolok bulan gerhana
menjadi lampu
menyuluhi rindu

akan kurebahkan matari
menjadi laut malammu
menghirup sakar madumu

Kekasih, hitunglah mimpi
yang membunuh realiti
dari syurga ilusi.


~Usman Awang

CINTA - BY KHALIL GIBRAN

kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tidak terlihat

ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.

Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan
mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka.

Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.

Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”

Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.

Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.

Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku
lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”
tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku
sendiri ”
mebuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.

Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa
yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.

Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.

kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau
sadari

Khalil Gibran

MUTIARA KATA

PERPISAHAN
Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan – seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran.

KATA TERINDAH
Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata ‘Ibu’, dan panggilan paling indah adalah ‘Ibuku’. Ini adalah kata penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati.

SAHABAT SEJATI
Tidak ada sahabat sejati yang ada hanya kepentingan.

PERSAHABATAN
Persahabatan itu adalah tanggungjawaban yang manis, bukannya peluang.

SULUH HIDUP
Tuhan telah memasang suluh dalam hati kita yang menyinarkan pengetahuan dan keindahan;berdosalah mereka yang mematikan suluh itu dan menguburkannya ke dalam abu.

PENYAIR
Penyair adalah orang yang tidak bahagia, kerana betapa pun tinggi jiwa mereka, mereka tetap diselubungi airmata.

Penyair adalah adunan kegembiraan dan kepedihan dan ketakjuban, dengan sedikit kamus.

Penyair adalah raja yang tak bertakhta, yang duduk di dalam abu istananya dan cuba membangun khayalan daripada abu itu.

Penyair adalah burung yang membawa keajaiban. Dia lari dari kerajaan syurga lalu tiba di dunia ini untuk berkicau semerdu-merdunya dengan suara bergetar. Bila kita tidak memahaminya dengan cinta di hati, dia akan kembali mengepakkan sayapnya lalu terbang kembali ke negeri asalnya.

SUARA KEHIDUPANKU
Suara kehidupanku memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupanmu; tapi marilah kita cuba saling bicara barangkali kita dapat mengusir kesepian dan tidak merasa jemu.

KEINDAHAN KEHIDUPAN
Keindahan adalah kehidupan itu sendiri saat ia membuka tabir penutup wajahnya. Dan kalian adalah kehidupannya itu, kalianlah cadar itu. Keindahan adalah keabadian yag termangu di depan cermin. Dan kalian; adalah keabadian itu, kalianlah cermin itu
RUMAH
Rumahmu tak akan menjadi sebuah sangkar, melainkan tiang utama sebuah kapal layar.

PUISI
Puisi bukanlah pendapat yang dinyatakan. Ia adalah lagu yang muncul daripada luka yang berdarah atau mulut yang tersenyum.

NILAI
Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya.

PENDERITAAN
Penderitaan yang menyakitkan adalah koyaknya kulit pembungkus kesedaran- seperti pecahnya kulit buah supaya intinya terbuka merekah bagi sinar matahari yang tercurah.

Kalian memiliki takdir kepastian untuk merasakan penderitaan dan kepedihan. Jika hati kalian masih tergetar oleh rasa takjub menyaksikan keajaiban yang terjadi dalam kehidupan, maka pedihnya penderitaan tidak kalah menakjubkan daripada kesenangan.

Banyak di antara yang kalian menderita adalah pilihan kalian sendiri – ubat pahit kehidupan agar manusia sembuh dari luka hati dan penyakit jiwa. Percayalah tabib kehidupan dan teguk habis ramuan pahit itu dengan cekal dan tanpa bicara.

SAHABAT
Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.

SIKAP MANUSIA
Jauhkan aku dari manusia yang tidak mahu menyatakan kebenaran kecuali jika ia berniat menyakiti hati, dan dari manusia yang bersikap baik tapi berniat buruk, dan dari manusia yang mendapatkan penghargaan dengan jalan memperlihatkan kesalahan orang lain.

DUA HATI
Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati; satu hati menangis dan yang satu lagi bersabar.

HUTANG KEHIDUPAN
Periksalah buku kenanganmu semalam, dan engkau akan tahu bahwa engkau masih berhutang kepada manusia dan kehidupan.

INSPIRASI
Inspirasi akan selalu bernyanyi; kerana inspirasi tidak pernah menjelaskan.

POHON
Pohon adalah syair yang ditulis bumi pada langit. Kita tebang pohon itu dan menjadikannya kertas, dan di atasnya kita tulis kehampaan kita.

FALSAFAH HIDUP
Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat -keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan . Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta

KERJA
Bekerja dengan rasa cinta, bererti menyatukan diri dengan diri kalian sendiri,dengan diri orang lain dan kepada Tuhan.

Tapi bagaimanakah bekerja dengan rasa cinta itu ? Bagaikan menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmu yang akan memakainya kelak.

LAGU GEMBIRA
Alangkah mulianya hati yang sedih tetapi dapat menyanyikan lagu kegembiraan bersama hati-hati yang gembira.

KEBEBASAN
Ada orang mengatakan padaku, “Jika engkau melihat ada hamba tertidur, jangan dibangunkan, barangkali ia sedang bermimpi akan kebebasan.”
Kujawab,”Jika engkau melihat ada hamba tertidur, bangunkan dia dan ajaklah berbicara tentang kebebasan.”

ORANG TERPUJI
Sungguh terpuji orang yang malu bila menerima pujian, dan tetap diam bila tertimpa fitnah.

BERJALAN SEIRINGAN
Aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan. Kerana aku tidak akan berdiri diam sebagai penonton yang menyaksikan perarakan berlalu.

DOA
Doa adalah lagu hati yang membimbing ke arah singgahsana Tuhan meskipun ditingkah oleh suara ribuan orang yang sedang meratap.

PENYIKSAAN
Penyiksaan tidak membuat manusia tak bersalah jadi menderita: penindasan pun tak dapat menghancurkan manusia yang berada di pihak Kebenaran: Socrates tersenyum ketika disuruh minum racun, dan Stephen tersenyum ketika dihujani dengan lemparan batu. Yang benar-benar menyakitkan hati ialah kesedaran kita yang menentang penyiksaan dan penindasan itu, dan terasa pedih bila kita mengkhianatinya.

KATA-KATA
Kata-kata tidak mengenal waktu. Kamu harus mengucapkannya atau menuliskannya dengan menyedari akan keabadiannya.

BICARA WANITA
Bila dua orang wanita berbicara, mereka tidak mengatakan apa-apa; tetapi jika seorang saja yang berbicara, dia akan membuka semua tabir kehidupannya.

KESEDARAN
Aku tidak mengetahui kebenaran mutlak. Tetapi aku menyedari kebodohanku itu, dan di situlah terletak kehormatan dan pahalaku.

ILMU DAN AGAMA
Ilmu dan agama itu selalu sepakat, tetapi ilmu dan iman selalu bertengkar.

NILAI BURUK
Alangkah buruknya nilai kasih sayang yang meletakkan batu di satu sisi bangunan dan menghancurkan dinding di sisi lainnya.

MENUAI CINTA
Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka fikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan.

KEHIDUPAN
Sebab kehidupan tidak berjalan mundur, pun tidak tenggelam dimasa lampau.

KERJA
Kerja adalah wujud nyata cinta. Bila kita tidak dapat bekerja dengan kecintaan, tapi hanya dengan kebencian, lebih baik tinggalkan pekerjaan itu. Lalu, duduklah di gerbang rumah ibadat dan terimalah derma dari mereka yang bekerja dengan penuh suka cita.

SELAMATKAN AKU
Selamatkan aku dari dia yang tidak mengatakan kebenaran kecuali kalau kebenaran itu menyakiti; dan dari orang yang berperilaku baik tetapi berniat buruk; dan dari dia yang memperoleh nilai dirinya dengan mencela orang lain.

CINTA
Salahlah bagi orang yang mengira bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus.

Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.

CINTA
Ketika cinta memanggilmu maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku, jika cinta memelukmu maka dakaplah ia walau pedang di sela-sela sayapnya melukaimu.

CINTA
Cinta tidak menyedari kedalamannya dan terasa pada saat perpisahan pun tiba. Dan saat tangan laki-laki menyentuh tangan seorang perempuan mereka berdua telah menyentuh hati keabadian.

CINTA
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia kerana cinta itu membangkitkan semangat- hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah perjalanannya.

CINTA
Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang

ATAS NAMA CINTA
Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah kesesuaian jiwa dan jika itu tak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad.

CINTA YANG BERLALU
Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati; tetapi kita lari daripadanya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya.

CINTA LELAKI
Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imaginasinya dan yang kedua adalah yang belum dilahirkan.

TAKDIR CINTA
Aku mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau.

Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita.

CINTA PERTAMA
Setiap orang muda pasti teringat cinta pertamanya dan mencuba menangkap kembali hari-hari asing itu, yang kenangannya mengubah perasaan direlung hatinya dan membuatnya begitu bahagia di sebalik, kepahitan yang penuh misteri.

LAFAZ CINTA
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

LAFAZ CINTA
Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, kerana kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan.

KALIMAH CINTA
Apa yang telah kucintai laksana seorang anak yang tak henti-hentinya aku mencintai… Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, kerana cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya

CINTA DAN AIRMATA
Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah sentiasa.

WANITA
Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan.

BANGSA
Manusia terbahagi dalam bangsa, negara dan segala perbatasan. Tanah airku adalah alam semesta. Aku warganegara dunia kemanusiaan.

KESENANGAN
Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka bekasnya. Tawa dan airmata datang dari sumber yang sama.
Semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan;

WARISAN
Manusia yang memperoleh kekayaannya oleh kerana warisan, membangun istananya dengan yang orang-orang miskin yang lemah.

RESAH HATI
Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia akan melihat sekitarnya dan akan melihat sahabat-sahabatnya datang dan menghiburkannya. Akan tetapi apabila hati manusia kehilangan kedamaiannya, dimanakah dia akan menemukannya, bagaimanakah dia akan bisa
memperolehinya kembali?

JIWA
Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan kerana alasan duniawi dan dipisahkan di hujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta… terus hidup… sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan.

LUAHAN
Setitiss airmata menyatukanku dengan mereka yang patah hati; seulas senyum menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam kewujudan… Aku merasa lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan…dari aku hidup menjemukan dan putus asa.

LAGU KEINDAHAN
Jika kamu menyanyikan lagu tentang keindahan, walau sendirian di puncak gurun, kamu akan didengari.

DIRI
Dirimu terdiri dari dua; satu membayangkan ia mengetahui dirinya dan yang satu lagi membayangkan bahawa orang lain mengetahui ia.

TEMAN MENANGIS
Kamu mungkin akan melupakan orang yang tertawa denganmu, tetapi tidak mungkin melupakan orang yang pernah menangis denganmu.

PEMAHAMAN DIRI
Orang-orang berkata, jika ada yang dapat memahami dirinya sendiri, ia akan dapat memahami semua orang. Tapi aku berkata, jika ada yang mencintai orang lain, ia dapat mempelajari sesuatu tentang dirinya sendiri.

HATI LELAKI
Ramai wanita yang meminjam hati laki-laki; tapi sangat sedikit yang mampu memilikinya.

PENULIS
Kebanyakan penulis menampal fikiran-fikiran mereka yang tidak karuan dengan bahan tampalan daripada kamus.

HARTA BENDA
Harta benda yang tak punya batas, membunuh manusia perlahan dengan kepuasan yang berbisa. Kasih sayang membangunkannya dan pedih peri nestapa membuka jiwanya.

OBOR HATI
Tuhan telah menyalakan obor dalam hatimu yang memancarkan cahaya pengetahuan dan keindahan; sungguh berdosa jika kita memadamkannya dan mencampakkannya dalam abu.

KESEPIAN
Kesepianku lahir ketika orang-orang memuji kelemahan-kelemahanku yang ramah dan menyalahkan kebajikan-kebajikanku yang pendiam.

KEABADIAN PANTAI
Aku berjalan selalu di pantai ini. Antara pasir dan buih, Air pasang bakal menghapus jejakku. Dan angin kencang menyembur hilang buih putih. Namun lautan dan pantai akan tinggal abadi

MEMAHAMI TEMAN
Jika kamu tidak memahami teman kamu dalam semua keadaan, maka kamu tidak akan pernah memahaminya sampai bila-bila.

MANUSIA SAMA
Jika di dunia ini ada dua orang yang sama, maka dunia tidak akan cukup besar untuk menampung mereka.

MENCINTAI
Kekuatan untuk mencintai adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, sebab kekuatan itu tidak akan pernah direnggut dari manusia penuh berkat yang mencinta.

CERMIN DIRI
Ketika aku berdiri bagaikan sebuah cermin jernih di hadapanmu,
kamu memandang ke dalam diriku dan melihat bayanganmu. Kemudian kamu berkata,
Aku cinta kamu.
Tetapi sebenarnya, kamu mencintai dirimu dalam diriku

KEBIJAKSANAAN
Kebijaksanaan tidak lagi merupakan kebijaksanaan apabila ia menjadi terlalu angkuh untuk menangis, terlalu serius untuk tertawa, dan terlalu egois untuk melihat yang lain kecuali dirinya sendiri.

KEBENARAN
Diperlukan dua orang untuk menemui kebenaran; satu untuk mengucapkannya dan satu lagi untuk memahaminya.

PANTUN ISTIADAT PERKAHWINAN

Tunduk segala rakyat jelata
Memberi takzim raja gahari
Raja rupawan di atas takta
Duduk memerintah barang sehari

Orang jauh dikenang-kenang
Hanya terkenang pada yang satu
Mula berkenal kemudian bertunang
Diatas pelamin sama bersatu

Panas kering siapakan tahu
Hujan rintik di daun pandan
Berjalan seiring bersentuh bahu
Sama cantik sama padan

Ayam dara di buat gulai
Bungkus bekalan letak di bucu
Riang gembira kedua mempelai
Semoga berkekalan keanak cucu

Tuan puteri tersenyum-senyum
Melihat laksamana bermain rodat
Senyum-senyum jangan tak senyum
Sudah sempurna segala adat

Sianak dara memakai lokek
Lokek tersangkut dihujung julai
Untuk majlis membelah kek
Jemput bangun kedua mempelai

Pergi berzanji di pekan pagoh
Beli sekati ikan senohong
Sudah berjanji bersetia tegoh
Jangan dimungkiri bercakap bohong

Bunga Melati dihujung dahan
Disunting dara dengan cermat
Suami isteri berkasih-kasihan
Seperti nabi kasihkan umat

Ikan todak si ikan pari
Ikan linang di dalam peti
Adapun adat bersuami isteri
Senang dan susah sampai kemati


Tetak nyirih galangkan dapur,
Tetak dengan dahan-dahannya;
Minta sirih barang sekapur,
Minta dengan tuan-tuannya.

Ayam sabung jangan ditambat,
Jika ditambat alah laganya;
Ikan di laut asam di darat,
Dalam belanga bertemu jua.


Ikan di laut asam di darat 

Dalam kuali bertemu jua 

Hati terpaut janji diikat 
Atas pelamin bertemu jua 


Orang jauh dikenang-kenang 
Hanya terkenang pada yang satu 
Mula berkenal kemudian bertunang 
Diatas pelamin sama bersatu 


Dari Johor kekuala Kedah 
Dagang merantau beratus batu 
Surat sudah, SMS pun sudah 
Sudah kawin masih begitu 


Panas kering siapakan tahu 
Hujan rintik di daun pandan 
Berjalan seiring bersentuh bahu 
Sama cantik sama padan 


Tuan puteri tersenyum-senyum 
Melihat laksamana bermain rodat 
Senyum-senyum jangan tak senyum 
Sudah sempurna segala adat


Pergi berzanji di pekan pagoh 
Beli sekati ikan senohong 
Sudah berjanji bersetia tegoh 
Jangan dimungkiri bercakap bohong 


Dengarlah ini ayah berpesan 
Anak menantu, ayah ingatkan 
Berkasih sayang sesama insan 
Jangan cepat menjadi bosan 


Di malam hari terang senegeri 
Bulan purnama dihujung julai 
Majlis gahari bertambah seri 
Menyambut kedatangan kedua mempelai 


Amat garang datuk bentara 
Musuh melanggar habis dibenam
Dulu seorang kini berdua 
Hidup bersama susah senang


Koleksi pantun di bawah ini nukilan Pn Zurinah Hassan.

Beli gula di pekan baru
Berbalut kertas merah kuning
Sila-sila pengantin baru
Dua sejoli jalan berganding

Di dalam dulang berisi sagu
Sagu dimakan burung merpati
Jangan bimbang jangan ragu
Hidup baru kini menanti

Mawar merah harum mewangi
Jambangan digubah berseri-seri
Doa restu kami iringi
Baik berpakat suami isteri

Kain songket halus tenunan
Dibawa orang masuk ke kota
Sudah bertemu dengan pasangan
Laksana cincin dengan permata

 Laksamana cergas dan tangkas
Cukup berilmu dengan gurunya
Ibarat dakwat dengan kertas
Sudah bertemu dengan jodohnya

Padang temu konon namanya
Tempat kuda berlari-lari
Sudah bertemu dengan jodohnya
Bagai cincin lekat di jari.

Bunga manggar di kanan kiri
Bunga rampai hiris hirisan
Pengantin baru raja sehari
Tambah berseri dengan hiasan

Harum semerbak bunga rampai
Sekuntum mawar sudah disunting
Duduk keliling tetamu yang ramai
Melihat pengantin duduk bersanding

Bunga anggerik jual di pekan
Tumbuhnya rendang di atas para
Silalah tuan para jemputan
Sudi kiranya menjamu selera

Selendang mayang selendang batik
Batik dari Surabaya
Makin dipandang bertambah cantik
Naik seri dengan cahaya

Ikan gelama ikan tenggiri
bersama dengan ikan cencaru
Bersama-sama kami ke mari
Hendak meraikan pengantin baru

Buah rambai tumbuh dihutan
Dihujung ranting buahnya lebat
Mari beramai kita doakan
Semoga majlis mendapat berkat

Untuk santapan para tetamu
Lauk pauk nasi beriani
Sekali ini kita bertemu
Sudilah menjamah hidangan kami


Cantiknya burung cenderawasih
Terbang sekawan di hari petang
Kami ucapkan terima kasih
Kepada tuan yang sudi datang


Sungguh harum bunga rampai
Dibawa orang ke tengah balai
Sanak saudara sahabat handai
Datang meraikan dua mempelai

Yang jauh sudahlah dekat
Sudah dekat bersalam-salaman
Kami berdoa semoga berkat
Menempuh hidup di dalam aman

Sudah bersarang burung tempua
Sarangnya tinggi tidaklah rendah
Dahulu seorang sekarang berdua
Ikatan janji tertunai sudah

Sudah bersarang burung tempua
Sarangnya jauh tidaklah dekat
Dahulu seorang sekarang berdua
Baik-baik duduk berpakat

Kain baldu kain bertekat
Dibawa orang dari Melaka
Sudah berpadu kata sepakat
Kalau jodoh bertemu juga


Mawar merah di atas peti
Bunga melur saya kalungkan
Tuan rumah berbesar hati
Apa yang kurang mohon maafkan



PANTUN TEKA-TEKI

Burung nuru burung dara,
Terbang ke sisi taman kayangan;
Cubalah cari cubalah teka,
Makin diisi makin ringan.

Beras ladang sulung tahun,
Malam-malam masak nasi;
Dalam batang ada daun,
Dalam daun ada isi.

Diukur dijangka-jangka,
Burung merak burung angkasa;
Dengar tuan saya meneka,
Layang-layang gagah perkasa.

Buah budi bidara mengkal,
Masak sebiji di tepi pantai;
Hilang budi bicara akal,
Buah apa tidak bertangkai?

Terendak Bentan baru dibeli,
Untuk pakaian turun ke sawah;
Kalau tuan bijak bistari,
Apa binatang kepala di kaki.

Kalau ada tombak kencana,
Gunung Daik boleh didaki;
Kalau tuan bijak laksana,
Apa binatang keris di kaki?

Kalau tuan muda teruna,
Pakai seluar dengan gayanya;
Kalau tuan bijak laksana,
Biji di luar apa buahnya?

Kalau tuan bawa keladi,
Bawa juga si pucuk rebung;
Kalau tuan bijak bestari,
Apa binatang tanduk di hidung.

Ada ikan masak gulai,
Bulan terang pagi hari;
Kalau tuan bijak pandai,
Apa binatang keris di kaki.

Tugal padi jangan bertangguh,
Kunyit kebun siapa galinya;
Kalau tuan cerdik sungguh,
Langgit tergantung mana talinya?

Kalau tuan pergi ke kedai,
Belikan saya si gula batu;
Kalau tuan orang yang pandai,
Apa binatang tulangnya satu?

Budak-budak ramai di pekan,
Hari raya membakar petas;
Kalau tuan pandai kiasan,
Apakah buah gugur ke atas?

Tanjung Rambutan tanahnya landai,
Tempat bertanam padi pulut;
Kalau tuan sungguhnya pandai,
Apa binatang berkeris di mulut?

Belayar perahu dari Berandan,
Menuju arah Selat Melaka;
Lebar kepala dari badan,
Apakah itu cubalah teka.

Walau dibungkus bukan kiriman,
Sudah takdir tuhan yang satu;
Meski ditanam bukan tanaman,
Cubalah teka apakah itu?

PANTUN PAHLAWAN

Ambil kapak belah ke kundur,
Baik terbelah si ibu kaki;
Walau setapak saya tak undur,
Itu adat anak laki-laki.

Adakah perisai bertali rambut,
Rambut dipintal akan cemara;
Adakah bisai tahu takut,
Kamipun muda lagi perkasa.

Apa guna kepuk di ladang,
Kalau tidak berisi padi;
Apa guna berambut panjang,
Kalau tidak berani mati.

Apa guna padi bukit,
Padi di bendang menabur bunga;
Apa guna hati sakit,
Mati bertikam termasyhur lama.

Bukit Sanding Tanjung Pahlawan,
Batu Kunta Kuala Jempul;
Ayam ditanding tiada melawan,
Itulah dia tandanya bacul.

Laksamana tukang tutuhnya,
Sandar-menyandar di batang pisang;
Bagaimana akan membunuhnya,
Tembak dengan peluru petunang.

Baik-baik mengail tenggiri,
Takut terkena ikan parang;
Baik-baik merendah diri,
Jangan menjadi hamba orang.

Jika terjumpa ular tedung,
Carilah buluh kayu pemukul;
Berani buat beranilah tanggung,
Tangan menjinjing bahu memikul.

Cemperai di pohon delima,
Anak tupai berpuak-puak;
Bermisai kusangka panglima,
Rupanya misai penapis tuak.

Ulam tipus bersambal cuka,
Kuah dihirup begitu rakus;
Biar mampus merebut pusaka,
Jangan hidup digelar dayus.

Tebu bukanya bangkut,
Rama-rama terbang ke kuala;
Bukan kami kaki penakut,
Berani kami berkorban nyawa.

Pisau raut dua tiga,
Letak di peti dalam perahu;
Dalam laut boleh diduga,
Dalam hati siapa tahu.

Cahaya malam gilang gemilang,
Kerana disinar bulan purnama;
Gajah mati meninggalkan tulang,
Manusia mati meninggalkan nama.

Buah mangga jangan dihiris,
Takut pisau terkena jari;
Anak muda jangan berkeris,
Salah gaya menikam diri.

PANTUN KEMERDEKAAN

A

PANTUN PERNIAGAAN

Ambil akar tanah seberang,
Bawa belayar pergi Sandakan;
Kedai besar barang kurang,
Apa guna berniaga di pekan.

PANTUN SINDIRAN / KIASAN

Ada damak ada ipuh,
Naik ke bukit nampak sumpitnya;
Emas perak senang disepuh,
Kalau besi nampak karatnya.

Ada rumah tidak berpintu,
Ada pintu tidak bertingkap;
Rimau garang memang begitu,
Mengaum saja tidak menangkap.

Ambil kain cuba dilipat,
Kain batik bunganya rapat;
Puas dipancing ikan tak dapat,
Cabut joran alih tempat.

PANTUN JENAKA

Aku suka berumah tinggi,
Pelantar besar sudah roboh;
Aku suka beranak tiri,
Anak besar senang disuruh.

Ambil parang cuba dikerat,
Ekornya pendek putus sekerat;
Harimau garang dapat dijerat,
Mulut ternganga dihurung lalat.

PANTUN AGAMA

Akar keramat akar bertuah,
Akar bertepuk di gua batu;
Nabi Muhammad cintakan Allah,
Di mana tuan masa itu?

Angin bertiup lautan bergelombang,
Di tengah lautan kapal berlabuh;
Diharap keluarga tak usahlah bimbang,
Doakan sakit segera sembuh.

Apa guna berkaki dua,
Kalau tidak berjalan lagi;
Apa guna kita bersua,
Kalau tidak bersembahyang lagi.

Asam kandis asam gelugur,
Dua urat asam belimbing;
Menangis mayat dalam kubur,
Melihat papan menjadi dinding.

PANTUN BERDAGANG

Ada kain buangkan baju,
Kerana baju panjang lima;
Ada lain buangkan aku,
Kerana aku dagang hina.

Anak raja menikam pari,
Kulit siput di dalam bemban;
Bukan saya lepas ke mari,
Bawa untung nasib badan.

PANTUN NASIHAT

Ambil galah panjang sedepa,
Jemur mari kain basahnya;
Jangan salah jangan terlupa,
Kalau rimau nampak belangnya.

Apa guna berkain batik,
Kalau corak tidak seragi;
Apa guna berbini cantik,
Kalau tak setuju dalam hati.

Anak ayam di atas pagar,
Turun ke tanah memakan padi;
Kalau hutang wajib dibayar,
Kalau janji wajib ditepati.

PANTUN PERIBAHASA

Air pasang menanam bayam,
Buyung diisi di dalam loyang;
Jangan diambil resmi ayam,
Bertelur sebiji riuh sekampung.

Anak buaya pergi bertenung,
Singgah ke lubuk memakan bangkai;
Hendak hati memeluk gunung,
Gunung dipeluk tangan tak sampai.

Anak dara mengandam dahi,
Rambut ditanam di tepi telaga;
Anjing biasa makan tahi,
Kalau tak makan cium juga.

Anak haruan mudik berenam,
Lumba-lumba menyusul tebing;
Sama mencecah si hati kuman,
Susah senang sama membimbing.

PANTUN ADAT

Ada sirih ada pinang,
Nantikan gambir dengan kapur;
Sudah dipilih sudah dipinang,
Hanya menanti ijab kabul.

Air surut ikan geramai,
Sudah dapat ikan tenggiri;
Masa hidup kita berdamai,
Mati nanti seorang diri.

Ambil galah jolok kedondong,
Galah patah menimpa dahan;
Bukannya salah ibu mengandung,
Sudah nasib permintaan badan.

Anak udang, udang juga,
Tidak sama anak tenggiri;
Anak orang orang juga,
Tidak sama anak sendiri.

Anjunglah Siam patah kemudi,
Ambil paku lantak di papan;
Diamlah diam tidak berbunyi,
Lupalah malu bertepuk sopan.

Apa dijual apa dibeli,
Mari sukat gantang Ali;
Bahasa tak boleh dijual beli,
Dari hidup sampai mati.

Baru kembang bunga seroja,
Sudah ada orang mencuri;
Besar-besar istana raja,
Kecil-kecil pondok sendiri.

Bawa anjing pergi berburu,
Berburu sampai ke Tanjung Pinang;
Sudah bersetuju ayah dan ibu,
Bolehlah abang masuk meminang.

Berkokok ayam di lanting,
Menyahuti ayam di paya;
Makan pinang sirih digunting,
Dikepit juga sama suara.

Bubuh racun di dalam gelas,
Kalau minum tentulah mabuk;
Tuan terima dengan ikhlas,
Boleh tidak saya nak masuk.

Buah keranji buah delima,
Mari letak atas meja;
Sirih pinang sudah kuterima,
Tanda jadi kita berdua.

PANTUN KASIH / SAYANG / CINTA

Abang makan hendak berhidang,
Memakai kain berbelah tepi;
Di dalam merana cinta datang,
Air mata jatuh ke pipi.

Abang mudik pergi ke Daru,
Datang Daru teruslah ke Matu;
Orang lain saya tak hirau,
Hirau tak hirau kakanda satu.

Ada kain lupa ke baju,
Konon baju layu dah bunga;
Ada lain lupakan aku,
Kerana aku orang dah hina.

Ada rasa berisi pandan,
Hendak menganyam tikar sembahyang;
Tujuh syurga di dalam badan,
Di situlah tempat berkasih sayang.

Adik menumbuk alunya tiga,
Patah satu tinggal dua;
Adik tunduk malukan siapa?
Malukan abang tunang biasa.

Air dalam bertambah dalam,
Hujan dahulu belumlah teduh;
Hati dendam bertambah dendam,
Luka dahulu belumlah sembuh.

Air hangat telaga mendidih,
Banyak orang hilang keramat;
Hemat-hemat lagu nak boleh,
Tengok adik jinak sangat.

Air keruh telaga keruh,
Air kunyit pencuci kaki;
Adik jauh abang pun jauh,
Tidur seminit dimasuk mimpi.

Air mawar jatuh ke laut,
Gulai itik sama belangkas;
Apa soalnya tidak disahut,
Adinda belum tahu membalas.

Air pasang dayung sampan,
Angin turun baik layarkan;
Tahu makan tahu simpan,
Rahsia jangan tuan khabarkan.

Air selepak di dalam talam,
Air geluk mandi dihabisi;
Tidur tersentak di tengah malam,
Bantal dipeluk ditangisi.

Ajuk-ajuk pemarang Jawa,
Jawa dari sebelah bukit;
Jangan merajuk mahkota jiwa,
Tidak kurasa salah sedikit.

Akar nibung meresap-resap,
Akar mati dalam perahu;
Terbakar kampung nampak berasap,
Terbakar hati siapa yang tahu.

Akar tanjung pagar selasih,
Balung kulit berisi serai;
Alangkah teruk menanggung kasih,
Tak sebab kulit tulang bercerai.

Ambil buluh dibuat sasak,
Nak dipagar batas bertenang;
Akulah hodoh bertambah sesak,
Tak ada siapa yang nak kenang.

Ambil lidi menyapu halaman,
Burung tekukur memakan padi;
Berjanji mati di tapak tangan,
Hendak berkubur di hujung jari.

Ambil pisau pengait sirih,
Sirih ada di tengah laman;
Jangan sesal tidak boleh,
Kerana tidak ada pertemuan.

Anak Cina memasang lukah,
Lukah dipasang di kayu jati;
Kasih sayang tidak berpisah,
Ibarat rambut bersimpul mati.

Anak Cina menjual kesuma,
Mari dijual di Pekan Rabu;
Makan tak lalu tidur tak lena,
Teringat tuan saban waktu.

Anak Damak dalam hutan,
Hendak menyumpit di tengah hari;
Alangkah sedih serta kasihan,
Sedangkan bertunang haram tak jadi.

Anak dara di tebing sungai,
Duduk menjerat ketam batu;
Manis rupa elok perangai,
Tolong pilih yang mana satu.

Saturday, October 31, 2009

Perumpamaan Yang Jarang Kita Dengar

01. Yang hidup sesarkan mati = setiap sesuatu itu ada batasnya dan ada pula penggantinya.

02. Yang lumpuh penghuni rumah = Setiap orang ada perasaannya.

03. Yang tinggi tampak jauh, yang dekat julung bersua = Dalam sesuatu usaaha, pemimpinlah yang bertanggungjawab dan dialah yang mendapat pujian atau celaan.

04) Yang tajam tumpul, yang bisa tawar = Segala persengketaan dapat diselesaikan dengan perbincangan dan perkataan yang lemah lembut

05) Yang pekak pelepas bedil, yang buta pengembus lesung, yang bisu penggera ayam, yang lumpuh penghuni rumah = Setiap orang ada fungsinya.

06) Ya sepanjang hari, janji sepanjang jalan = Mudah membuat janji tapi sukar melaksanakan.

07) Yang berbaris, yang berpahat; yang bertakuk, yang bertebang = Kerja ikut peraturan.

08) Yang berpuru selalu hendak menggaru = orang yang bersalah tidak pernah tenang hatinya.

09) Yang buntal kutil-mengutil, yang jerung luluh-meluluh = Yang miskin hidup berjimat-cermat, yang kaya boros berbelanja.

10) Yang disangka tidak menjadi. yang diam boleh ke dia = Seorang yang telah bertunang, akhirnya orang lain yang berkahwin dengan tunangnya.

11) Yang disuruh tenggelam, yang menyuruhpun tenggelam = Yang malas disuruh mengawasi yang malas juga, akhirnya sia-sia sahaja.

12) Wau melawan angin = Kehendak orang besar (berkuasa) tidak dapat dihalang oleh orang kecil(lemah)

13) Wayang kepadaman damar = Keadaan kacau-bilau yang berlaku dengan tiba-tiba.

14) Warta dibawa pikat dan langau = Khabar angin.

15) Walau sejengkal lautan = seseorang yang berketurunan orang berilmu, sedikit-sebanyak dia juga berilmu.

16) Walau disepuh emas lancung, kilat tembaga tampak jua = Walau bagaimana sekalipun orang biadap diajar, akan kelihatan juga perangainya yang kurang baik.

17) Usir asap, meninggalkan api = Mengharap untung besar yang belum pasti, dibuang untung kecil yang ada.

18) Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak = Nasib tidak dapat diubah.

19) Upas berulam racun = Banyak kejahatan.

20) Upah bidanpun tidak berbayar = anak-anak yang menyusahkan ibu-bapanya.

21) Terenang-renang tak hanyut, terapung-apung tak timbul = Nampak sibuk bekerja tapi hasilnya tak seberapa.

22) Terdorong kaki badan merasa, terdorong lidah emas padahnya = Berbuat sesuatu mestilah berhati-hati.

23) Terendam sama basah, terampai sama kering = Perhubungan yang sangat karib.

24) Terdorong gajah kerana besarnya = Malang kerana kelebihannya.

25) Terbuang bunga sekaki = Kerana kasihan pada yang ramai, keluarga sendiri yang seorang disia-siakan.

26) Terbuka mulut, terpancut hati = Orang yang banyak bercakap, tak pandai menyimpan rahsia.

27) Teralang-alang bagai sampah dalam mata = Keraguan yang tidak dapat ditunjukkan.

28) Tepian mata = Kekasih.

29) Terapung sama hanyut, terendam tak basah = Perundingan yang belum ada keputusan.

30) Telur sesangkar, pecah satu pecah semua = bersatu padu.

31) Telur enggang dieram merbuk = Anak orang bangsawan diperisteri oleh orang kebanyakan.

32) Telunjuk mencucuk mata = Dikhianati oleh orang kepercayaan sendiri.

33) Telentang sama menadah embun, tertiarap sama memakan pasir = Orang yang seia sekata dalam pergaulan.

34) Telinga bagai telinga rawah = Tidak mengendahkan nasihat atau tunjuk ajar orang.

35) Taruh sama dia = Balas dendam.

36) Taruh beras dalam padi = Simpan rahsia baik-baik.

37) Taruh di anak lidah = Suami atau ayah yang terlalu sayang kepada anak isterinya.

38) Tebu pada awak, peria pada teman = Disukai seseorang, dibenci oleh orang lain.

39) Tegak di batas = Menyamun.

40) Tandunk bersendi gading = Padan dan sangat cocok.

41) Tak dahaga si penunggu telaga = Berkawan dengan orang pandai tak akan susah.

42) Tak berberas akan ditanak = Tiada sebarang kepandaian untuk ditunjukkan.

43) Kepala ke bawah, kaki ke atas = Bertungkus-lumus bekerja.

44) Mati enau tinggal di rimba = Orang yang hina jika mati tidak akan disebut orang lagi.

45) Mati puyuh hendakkan ekor = Ingin mendapat sesuatu yang tidak mungkin tercapai.

46) Laksana pohon kayu tidak berbuah = Ilmu yang ada tidak digunakan.

47) Burung terbang dipipiskan lada = Sudah bersiap sedia menikmati hasil yang belum diperolehi lagi.

48) Busuk daging dikincah, dimakan; busuk ikan dibuang = Walaupun saudara atau keluarga sendiri terlampau jahat, kita tidak sampai hati untuk memulaukannya sebagaimana kita menyalahkan orang lain yang tidak ada kaitan dengan keluarga sendiri.

49) Lain Bengkulu lain Semarang = Zaman dan keadaan berubah-ubah.

50) Kerana hati mati, kerana mata buta = Orang yang mengikut hawa nafsu akhirnya musnah.

Persahabatan By Khalil Gibran

Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.

Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.

~ Khalil Gibran

P.s Jayn : Begitu mendalam, begitu bererti dan teramat memilukan juga kerana memang amat sukar menemukan sahabat sejati seperti yang digambarkan dalam puisi ini. Bukan sekadar mengisi kekosongan tetapi untuk berkongsi kegembiraan.

KOLEKSI PANTUN BUDI

Ambilkan saya buah delima,
Masak sebiji di balik daun;
Budi tuan saya terima,
Jadi kenangan bertahun-tahun.

Anak dara berkain cukin,
Dari Daik bulan puasa;
Tidak kira kaya miskin,
Asalkan baik budi bahasa.

Anak ikan dimakan ikan,
Manakan sama ikan tenggiri;
Mati ikan kerana umpan,
Mati tuan kerana budi.

Apa diharap pada jerami,
Habis padi jerami dibuang;
Apa diharap kepada kami,
Muka buruk budi kurang.

Apa guna berkain batik,
Kalau tidak berbaju kasa;
Apa guna memandang cantik,
Kalau tidak berbudi bahasa.

Asam kandis mari dihiris,
Manis sekali rasa isinya;
Dilihat manis dipandang manis,
Lebih manis hati budinya.


Ayam hutan terbang ke hutan,
Tali tersangkut pagar duri;
Adik bukan saudara bukan,
Hati tersangkut kerana budi.

Bagaimana kalau tak ikat,
Kait dengan duri-durinya;
Bagaimana aku tak ingat,
Orang baik hati budinya.

Bagaimana nak tanam selasih,
Tanamlah mari di rumpun keladi;
Bagaimana hati nak kasih,
Kasih bercampur denganlah budi.


Baju kebaya disulam kelimkan,
Dipakai mari dara berdandan;
Miskin kaya jangan bezakan,
Budi jadi satu ujian.

Banyak duri perkara duri,
Duri mana duri yang tajam;
Banyak budi perkara budi,
Budi yang mana dikenang orang?

Banyak saya menabur padi,
Padi habis dimakan merang;
Banyak saya menabur budi,
Budi tidak dikenang orang.


Bawa belayar pisang emas,
Masak sebiji di atas peti;
Boleh dibayar hutanglah emas,
Hutang budi dibawa mati.

Bintang di timur cuaca baik,
Cahayanya sampai ke hutan seberang;
Mulut manis hatinya baik,
Itulah budi dikenang orang.


Buah pedada dalam baldi,
Masak nasi hari petang;
Hidup kita biar berbudi,
Hingga mati dikenang orang.

Bukan saya mengejar kolek,
Saya mengejar papan tunda;
Bukan saya mengharap molek,
Saya mengharap budi bahasa.

Bulan puasa memetik kelapa,
Hendak menyambut Aidilfitri;
Budi kami tidak seberapa,
Kenangan diberi kekal abadi.

Bunga kalas dibubuh baja,
Dipetik oleh mem Serani;
Tidak terbalas budi kakanda,
Berapa jauh datang ke sini.

Bunga pandan jauh ke tengah,
Pulau Sari bercabang dua;
Buruk badan dikandung tanah,
Budi baik dikenang juga.

Burung jeladan singgah di huma,
Anak balam turun ke paya;
Budi laksana sinar purnama,
Manusia alam menumpang cahaya.

Burung pipit burung kedidi,
Hinggap di pokok di tepi sawah;
Jika hidup tidak berbudi,
Ibarat pokok tidak berbuah.

Burung serindit terbang melayang,
Terhenti hinggap di ranting mati;
Bukan ringgit dipandang orang,
Tapi memandang bahasa dan budi.

Dari Gersik ke Surabaya,
Beli terendak dari Bali;
Sungguh cantik lagi sebaya,
Budi tidak berjual beli.

Dari jauh bermalam datang,
Tetak sangkar pancung kemudi;
Darilah jauh kamilah datang,
Mendengar tuan baik budi.

Dari pauh permatang layang,
Singgah berapat papan kemudi;
Dari jauh abang datang,
Mengenang adik baik budi.

Daun terap di ataslah bukit,
Kapallah menyamun dualah batang;
Jadi kenangan bukanlah sedikit,
Darilah dulu sampai sekarang.

Dirikan pondok bertanam nanas,
Biar saya berburu rusa;
Biar orang melonggok emas,
Saya niaga budi bahasa.

Encik Elok minum di kendi,
Kendi berisi minyak lenga;
Apa dipujuk abang berbudi,
Dalam berbudi banyak terkena.

Hanyut kayu dari bukit,
Dari gunung berkati-kati;
Segunung budi bukan sedikit,
Tidak tertanggung sampai ke mati.

Hari Ahad pergi ke panggung,
Melihat cerita Seri Andalas;
Hati rindu tidak tertanggung,
Budi tuan tidak terbalas.

Hari redup menyemai padi,
Wak Dolah menanam jagung;
Kalau hidup tidak berbudi,
Duduk salah berdiri canggung.

Hendak berbuah buahlah buluh,
Kaki dulang kuparas juga;
Hendak bertuah bertuahlah tubuh,
Budi orang kubalas juga.


Hendak memetik daun palas,
Buat isi buah berangan;
Berbudi bukan minta balas,
Hanya untuk kenang-kenangan.

Inang-inang padi Pak Daik,
Padi tak sama rupa bunganya;
Sungguh kukenang budi yang baik,
Tidak kulupa selama-lamanya.

Jika tuan memanting gambus,
Gambus dipanting si burung pingai;
Bukan tuan memaksa bagus,
Kami memaksa budi perangai.

Jurumudi pegang kemudi,
Nyiur bakul peninjau kerang;
Bukan sebabnya tidak berbudi,
Jangan ketara kepada orang.

Kain batik sama sujinya,
Dalam sumbu tali belati;
Orang baik budi bahasanya,
Diingat juga sampai mati.

Kain berlipat dalam istana,
Pakaian puteri raja kayangan;
Sepatah nasihat ilmu yang berguna,
Secubit budi jadi kenangan.

Kain perai baju pun perai,
Letak mari atas peti;
Hancur badan tulang berkecai,
Budi adik dibawa mati.

Kain songket berkodi-kodi,
Tersusun indah di atas peti;
Biarpun sedikit bernama budi,
Guna menempah jasa bakti.

Kait kelapa kukur kelapa,
Kupas ubi buat pengat;
Hendak kulupa tak terlupa,
Kerana budi sudah terpahat.

Kalau abang pergi ke Daik,
Ikan gelama masak kelapa;
Kalau abang berhati baik,
Sampai bila adik tak lupa.

Kalau ada menanam tebu,
Boleh dijual di pasar desa;
Kalau kita jadi tetamu,
Biar pandai berbudi bahasa.

Kalau ada peria pahit,
Belanga baru jerang udang;
Kalau ada budi baik,
Jadi abu dikenang orang.

Kalau hendak memikat kedidi,
Anak beruk mari dikandang;
Kalau ikhlas hendak berbudi,
Helah jangan ke lain menyimpang.

Kalau tuan bawa kemudi,
Kemudi dibawa di tepi pantai;
Kalau kenang kurang budi,
Sirih layu lekat di tangkai.

Kalau tuan bawa perahu,
Muatan isi buah berangan;
Hendak berbudi biar selalu,
Supaya boleh buat kenangan.

Kalau udang dibuat gulai,
Daging rusa dimasak kari;
Kalau wang jadi pemakai,
Budi bahasa pengiring diri.

Kalaulah pergi ke pekan Nyalas,
Masuk ke balai membeli gelang;
Kalau budi minta dibalas,
Itulah budi tidak dikenang.

Kapal belayar sarat muatan,
Nelayan di laut sedang memukat;
Biar jauh seberang lautan,
Kerana budi terasa dekat.

Kecil-kecil tuanya lidi,
Hendak berkayuh pasir seberang;
Kecil-kecil pandai berbudi,
Hendak sekupang tiada di tangan.

Kemas rumah di waktu senja,
Anak buaya naik mencuri;
Emas intan ada harga,
Budi bahasa sukar dicari.

Lagi berbuah lagi berduri,
Itulah nama asam paya;
Lagi bertuah lagi berbudi,
Itulah nama orang kaya.

Layang-layang terbang melayang,
Putus tali sambung benang;
Siang malam rbayang-bayang,
Budi bahasa terkenang-kenang.

Limau manis batang berduri,
Batang selasih dalam dulang;
Mulut manis kerana budi,
Hati kasih kerana sayang.

Limbai-limbai naik ke lampau,
Anak raja datang bersembah;
Kalau sudah budi terlampau,
Bukannya kurang makin bertambah.

Manis sungguh buah kelubi,
Mari dibungkus dengan kertas;
Pandai sungguh puan berbudi,
Garam tak masin lada pun tak pedas.

Marilah kita menanam padi,
Padi ditanam di dalam bendang;
Marilah kita menabur budi,
Supaya kita dikenang orang.

Masak udang dalam perahu,
Ubi rebus terletak di padang;
Zaman sekarang kalau nak tahu,
Budi hangus menjadi arang.

Menangkap buaya orang Jambi,
Buaya ditangkap di pintu kuala;
Sudahlah kaya pandai berbudi,
Bagailah mana hati tak gila.

Mudik berenang hilir berenang,
Hanyut sampai ke Tanjung Jati;
Budi pun kenang rupa pun kenang,
Tuanlah pandai mengambil hati.

Nanas dijual di pasar niaga,
Ramai orang datang membeli;
Emas perak perhiasan dunia,
Budi bahasa perhiasan diri.

Ombak di laut meniti buih,
Ombak datang dari seberang;
Antara budi dengan kasih,
Mana satu dikenang orang?

Orang Acheh menanam padi,
Padi tumbuh nampak jarang;
Antara kasih dengan budi,
Budi juga dikenang orang.

Orang Daik memasak periuk,
Bawa pergi tanah seberang;
Budi baik kelaku elok,
Ke mana jatuh disayang orang.

Orang Daik pulang ke Daik,
Ambung-ambung bertali benang;
Kalau ada budi baik,
Sampai mati boleh dikenang.

Orang hulu menebang jati,
Orang darat menetak palas;
Kalau nak tahu budi sejati,
Tidak berhajat minta dibalas.

Pacak lokan panggang lokan,
Lokan tersangkut di papan kemudi;
Kakak bukan saudara bukan,
Tersangkut sedikit kerana budi.

Padi perak berdaun suasa,
Buahnya mengurai emas merah;
Sudah berbudi lagi berbahasa,
Itulah tanda bistari bertuah.

Pagi-pagi menanam selasih,
Selasih ditanam di hujung serambi;
Bagailah mana hati tak kasih,
Kerana tuan baik budi.

Pasang air Tanjung Simasta,
Pasang tidak bertenang lagi;
Budi tuan lekat di mata,
Makan tidak kenyang lagi.

Pasang kelambu tepi jendela,
Supaya senang pintu dikunci;
Biar beribu dara dan janda,
Saya memilih yang baik budi.

Penat sudah saya kemudi,
Tidak sampai ke Pulau Daik;
Penat sudah mencampak budi,
Tidak juga dapat baik.

Pilih-pilih buah kedondong,
Cari yang manis tiada bijinya;
Pilih-pilih muda sekampung,
Yang hitam manis baik budinya.

Pipit ampat dibilang anam,
Terbang tinggi meninggalkan sarang;
Sakit diubat mati ditanam,
Itulah budi kenangan orang.

Pisang emas bawa belayar,
Diletak budak di atas peti;
Hutang emas dapat dibayar,
Hutang budi dibawa mati.

Pok-pok bunga di kendi,
Dalam kendi berkaca bunga;
Ikut turut mengenal budi,
Dalam budi saya terkena.

Pokok keladi di tepi paya,
Bunga teratai kembang bertaut;
Kalau berbudi pada yang kaya,
Sama mencurah garam ke laut.

Pokok pauh tepi permatang,
Pokok pandan di birai perigi;
Dari jauh hamba nan datang,
Mendengar tuan yang baik budi.

Puas sudah menanam ubi,
Nanas datang dari seberang;
Puas sudah menanam budi,
Emas juga dipandang orang.

Pucuk belinjau si daun seranti,
Sayang kembang pasang pagi;
Hati risau tidak terperi,
Kekasih tidak mengenang budi.

Pucuk manis pucuk langgudi,
Daun purut digetus rusa;
Yang manis bernama budi,
Yang indah itu bahasa.

Pucuk palas si daun palas,
Tetak mari beranti-ranti;
Bukan berbudi minta balas,
Asal ingat dalam hati.

Pulau Daik banyak kelapa,
Pulau Karimon banyak pegaga;
Budi baik payah dilupa,
Beribu tahun dikenang juga.

Pulau Pandan jauh ke tengah,
Gunung Daik bercabang dua;
Hancurlah badan dikandung tanah,
Budilah baik dikenang juga.

Pulau Pisang Pulau Pauh,
Sampai ketiga Pulau Kemudi;
Kami datang dari jauh,
Kerana hendak membalas budi.

Rumah buruk serambi tak baik,
Serai seulas di dalam dulang;
Rupa buruk budi pun tak baik,
Apa guna kepada orang.

Sapu tangan bersiring hijau,
Oleh membeli kedai Yahudi;
Luka di tangan kerana pisau,
Luka di hati kerana budi.

Sapu tangan jatuh ke laut,
Jatuh ke laut dengan alasnya;
Amboi berat budi disambut,
Sambut dengan tiada balasnya.

Sayang muara tidak berbukit,
Banyak bukit di Batu Karang;
Budimu tuan bukan sedikit,
Dari dahulu sampai sekarang.

Sayang Pak Uda menahan racik,
Umpannya kelkatu dalam pinggan;
Kalau ada budi yang baik,
Menjadi abu orang kenangkan.

Sekoci belayar di Lautan Hindi,
Singgah sebentar mengangkat taut;
Jangan dibiar kedapatan budi,
Takut kecundang kasih berpaut.

Semenjak kentang dibuat gulai,
Ubi tidak dikari lagi;
Semenjak wang jadi pemakai,
Budi jarang dipeduli lagi.

Sudah reka baru dikarang,
Ikan di laut ibarat bakorang;
Dari dahulu sampai sekarang,
Budi tuan diingatkan orang.

Sungguh indah Tanjung Lumpur,
Tempat lalu kapal dagang;
Hati gundah rasa terhibur,
Budi yang baik punca kenang.

Tabir-tabir kayu dilintang,
Katak makan si daun ubi;
Perlahan-lahan apa dirunding,
Syukur mendapat orang berbudi.

Tanam ubi digali ubi,
Gali ubi di tepi telaga;
Sudah banyak saya berbudi,
Budi yang mana yang tuan suka?

Tebang kayu buatkan sampan,
Sampan dibuat siap kemudi;
Ikan mati kerana umpan,
Manusia mati kerana budi.

Tebing Tinggi kampung ternama,
Nampak dari Kuala Segamat;
Bila teringat budi yang lama,
Berubah hati berdebar semangat.

Tenang-tenang air di laut,
Sampan kolek hanyut ke tanjung;
Budi terkenang mulut tersebut,
Budi baik rasa nak junjung.

Tinggi bukit gilang-gemilang,
Air di laut tenang-tenangan;
Budi sedikit manakan hilang,
Itu nama kenang-kenangan.

Tuk Batin mengait kelapa,
Hendak dijual bulan puasa;
Tuan miskin tidak mengapa,
Asalkan pandai berbudi bahasa.

Ubi kentang perkara ubi,
Ubi setela dalam dulang;
Budi banyak perkara budi,
Budi yang mana disuka orang?

HARGAI WARISAN KITA

Yang Merah Itu Saga, Yang Kurik Itu Kundi, Yang Indah Itu Bahasa, Yang Indah Itu Budi.


Anak Kecil Main Api
Terbakar Hatinya Yang Sepi
Air Mata Darah Mengalir Keringat
Bumi milik diancam orang

Nenek Moyang Kaya Raya
Tergadai Seluruh Harta Benda
Akibat Sengketa Sesamalah Kita
Cinta Lenyap Di Arus Zaman...

Indahnya bumi kita ini
Warisan berkurun lamanya
Hasil mengalir ke tangan yang lain
Pribumi merintih sendiri

Masa Depan sungguh kelam
Kan lenyap peristiwa semalam
Tertutuplah hati terkunci mati
Maruah peribadi sudah hilang

Kita rumpun bangsa Melayu
Menganut Agama Yang Suci
Semangat Bangsa Berlandaskan Islam
Teras capai kemerdekaan

Dari masa hingga masa
Petualang menghancurkan Bangsa
Alatkan Agama Demi Peribadi
Pupus kita di bumi Ilahi

Kini kita cuma tinggal kuasa
Yang akan menentukan bangsa
Bersatulah hati bersama berbakti

Pulih kembali harga diri
Kita sudah tiada masa
Majulah dengan gagah perkasa
Janganlah Terlalai Teruskan Usaha

Melayu kan gagah di Nusantara



Banyak sungguh bunga melati,
Bawa mari ke dalam pekan;
Hidup kita lawan mati,
Mana jahat kita tinggalkan.

Salam Ikhlas,
Jayn Saidin